HEWAN
1.
RUSA BAWEAN
Rusa Bawean memiliki tubuh yang relatif lebih kecil dibandingkan
Rusa jenis lainnya. Rusa Bawean (Axis
kuhlii) mempunyai
tinggi tubuh antara 60-70 cm dan panjang tubuh antara 105-115 cm. Rusa endemik
Pulau Bawean ini mempunyai bobot antara 15-25 kg untuk rusa betina dan 19-30 kg
untuk rusa jantan. Rusa Bawean (Axis kuhlii) mempunyai masa kehamilan antara
225-230 hari dan melahirkan satu anak tunggal (jarang terjadi kelahiran
kembar). Kebanyakan kelahiran terjadi antara bulan Februari hingga Juni.
Klasifikasi ilmiah: Kerajaan: Animalia; Filum: Chordata; Kelas: Mammalia; Ordo:Artiodactyla; Upaordo: Ruminantia; Famili: Cervidae;
Upafamili: Cervinae; Genus: Axis; Spesies: Axis kuhlii. Nama
binomial: Axis kuhlii .
2. MACAN TUTUL JAWA
Dibandingkan subspesies macan
tutul lainnya, Macan Tutul Jawa (Panthera pardus melas) mempunyai ukuran relatif kecil.
Panjang tubuh berkisar antara 90 – 150 cm dengan tinggi 60 – 95 cm. Bobot
badannya berkisar 40 – 60 kg. Macan tutul dapat hidup hingga 21-23 tahun.
Macan tutul yang hidup dalam teritorial (ruang gerak) berkisar 5 – 15 km2. Jumlah populasi Macan Tutul Jawa tidak
diketahui dengan pasti. Data dari IUCN Redlist memperkirakan populasinya di
bawah 250 ekor (2008) walaupun oleh beberapa instansi dalam negeri terkadang
mengklaim jumlahnya masih di atas 500-an ekor.
Populasi
Macan Tutul Jawa ini tersebar di beberapa wilayah yang berbeda seperti di Taman
Nasional (TN) Ujung Kulon, TN. Gunung Halimun Salak, TN. Gunung Gede, Hutan
Lindung Petungkriyono Pekalongan, dan TN. Meru Betiri Jawa Timur.
Klasifikasi
Ilmiah :
Kerajaan: Animalia; Filum:
Chordata; Kelas: Mammalia; Ordo: Carnivora; Famili: Felidae; Genus: Panthera; Spesies: Panthera. pardus; Subspesies:Panthera pardus melas. Nama trinomial Panthera pardus melas.
3. BADAK SUMATERA
Badak Sumatera (Dicerorhinus sumatrensis) seperti saudara dekatnya, badak jawa, semakin langka dan terancam
kepunahan. Diperkirakan populasi badak bercula dua ini tidak mencapai 200 ekor.
Wajar jika IUCN Redlist kemudian memasukkan badak sumatera (Sumatran rhino) dalam daftar status konservasi critically endangered (kritis; CE). Badak sumatera memiliki dua cula
dengan panjang cula depan berkisar antara 25-80 cm dan cula belakang lebih
pendek sekitar 10 cm. Badak sumatera (Dicerorhinus sumatrensis) mempunyai panjang tubuh antara
2-3 meter dengan berat antara 600-950 kg. Tinggi satwa langka ini berkisar
antara 120-135 cm. Populasi badak sumatera semakin
langka. Menurut data IUCN Redlist populasi badak bercula dua ini berkisar
antara 220-275 ekor (1997). Bahkan menurut International Rhino Foundation (Virginia) diperkirakan populasi
badak sumatera tidak mencapai 200 ekor (2010). Faktor utama penurunan populasi
badak sumatera saat ini adalah berkurangnya habitat akibat deforestasi hutan dan kebakaran hutan. Akibat semakin berkurang dan
rusaknya hutan, beberapa tahun terakhir sering kali dilaporkan kemunculan badak
bercula dua ini di daerah pemukiman warga dan perkebunan.
Klasifikasi
Ilmiah :
Kerajaan: Animalia; Filum:
Chordata; Kelas: Mammalia; Ordo: Perissodactyla; Famili: Rhinocerotidae. Genus: Dicerorhinus; Spesies: Dicerorhinus sumatrensis.
4. HARIMAU SUMATERA
Hewan dari filum Chordata ini hanya dapat diketemukan di
Pulau Sumatera, Indonesia. Populasinya di alam liar diperkirakan tinggal
400–500 ekor. Harimau Sumatera (Panthera tigris sumatrae) semakin langka dan
dikategorikan sebagai satwa yang terancam punah. Harimau Sumatra jantan memiliki
panjang rata-rata 92 inci dari kepala hingga ke ekor dengan berat 300 pound.
Betinanya rata-rata memiliki panjang 78 inci dan berat 200 pound. Hingga sekarang diperkirakan hanya tersisa
400-500 ekor Harimau Sumatera (Panthera tigris sumatrae)
yang masih bertahan di alam bebas. Selain itu terdapat sedikitnya 250 ekor
Harimau Sumatera yang dipelihara di berbagai kebun binatang di seluruh penjuru
dunia.
Pengrusakan
habitat adalah ancaman terbesar terhadap populasi harimau sumatera saat ini.
Pembalakan hutan tetap berlangsung bahkan di taman nasional yang seharusnya
dilindungi. Tercatat 66 ekor harimau terbunuh antara tahun 1998 hingga 2000.
Klasifikasi ilmiah :
Kerajaan: Animalia; Filum: Chordata; Kelas: Mammalia; Ordo: Carnivora; Famili:Felidae; Genus: Panthera; Spesies: Panthera tigris;
Upaspesies: Panthera tigris sumatrae. Nama
trinomial: Panthera tigris sumatrae.
5. BADAK JAWA
Badak Jawa (Rhinoceros sondaicus) adalah salah satu spesies satwa
terlangka di dunia dengan perkiraan jumlah populasi tak lebih dari 60 individu
di Taman Nasional Ujung Kulon (TNUK), dan sekitar delapan individu di
Taman Nasional Cat Tien, Vietnam (2000). Badak Jawa
umumnya memiliki warna tubuh abu-abu kehitam-hitaman. Memiliki satu cula,
dengan panjang sekitar 25 cm namun ada kemungkinan tidak tumbuh atau sangat
kecil sekali pada betina. Berat badan seekor Badak Jawa dapat mencapai 900 –
2300 kg dengan panjang tubuh sekitar 2 – 4 m. Tingginya bisa mencapai hampir
1,7 m. Badak ini kemungkinan adalah mamalia
terlangka di bumi. Berdasarkan sensus populasi Badak Jawa yang dilaksanakan
oleh Balai TNUK, WWF – IP dan YMR pada tahun 2001 memperkirakan jumlah populasi
badak di Ujung Kulon berkisar antara 50 – 60 ekor. Sensus terakhir yang
dilaksanakan Balai TN Ujung Kulon tahun 2006 diperkirakan kisaran jumlah
populasi badak Jawa adalah 20 – 27 ekor. Sedangkan populasi di di Taman
Nasional Cat Tien, Vietnam, diperkirakan hanya 8 ekor (2007).
Populasi
Badak bercula satu (Badak Jawa) yang hanya 30-an ekor ini jauh lebih kecil
dibandingkan dengan populasi saudaranya, Badak Sumatera yang diperkirakan
berkisar antara 215 -319 ekor.
Klasifikaksi
Ilmiah :
Kerajaan: Animalia. Filum: Chordata. Subfilum: Vertebrata. Kelas: Mammalia. Ordo: Perissodactyla. Superfamili: Rhinocerotides. Famili:Rhinocerotidae. Genus: Rhinoceros. Spesies: Rhinoceros sondaicus.
6. TAPIR ASIA
Tapir Asia (Tapirus indicus)
mempunyai tinggi antara 90 hingga 107 cm dengan panjang antara 180 cm hingga
240 cm. Beratnya berkisar antara 250 hingga 320 kg. Tapir Asia
terdapat di Thailand, Myanmar, Malaysia dan Indonesia. Di Indonesia, Tapir
hanya bisa ditemukan di Pulau Sumatera. Populasinya tidak diketahui pasti,
namun diperkirakan di seluruh dunia sekitar 1.500-2.000 ekor. IUCN Red List sejak tahun 2002 memasukkan Tapir
Asia dalam kategori “Endangered” atau “Genting” sebagaimana Orangutan, Banteng dan Anoa. Ancaman utama
terhadap Tapir adalah berkurangnya habitat akibat kebakaran hutan dan penggundulan hutan. Sebagian
besar hutan yang menjadi habitat Tapir Asia di Sumatera telah menjadi
perkebunan kelapa sawit. Karena itu, berdasarkan PP Nomor 7 Tahun 1999, Tapir
Asia termasuk salah satu binatang langka yang dilindungi di Indonesia.
Klasifikasi ilmiah :
Kerajaan: Animalia. Filum: Chordata. Kelas: Mammalia. Ordo:Perissodactyla. Famili: Tapiridae. Genus: Tapirus. Spesies: Tapirus indicus.
TUMBUHAN
1.
MANGGA KASTURI
Mangga
kasturi yang
merupakan Maskot Kalimantan Selatan ternyata telah ditetapkan sebagai salah
satu tumbuhan yang “punah in situ” (Extinct in the Wild). Artinya Kasturi,
salah satu spesies mangga yang menjadi flora identitas provinsi Kalimantan
Selatan ini telah punah dari habitat aslinya. Kasturi
yang dalam bahasa ilmiah (latin) disebut Mangifera casturi, merupakan salah
satu dari sekitar 31 jenis mangga yang dapat ditemukan di Kalimantan,
Indonesia. Bahkan, mangga yang dalam bahasa Inggris selain disebut kasturi juga
dinamakan Kalimantan Mango ini merupakan tumbuhan endemik Kalimantan. Sayang,
IUCN redlist melabelinya sebagai Extinct in the Wild atau telah punah dari
habitat aslinya. Mangifera casturi mempunyai pohon yang mampu mencapai tinggi
25 meter dengan diameter batang antara 40-110 cm. Kulit kayu kasturi berwarna
putih keabu-abuan sampai coklat terang. Daun berbentuk lanset dengan ujung yang
meruncing. Saat muda daun kasturi berwarna ungu tua. Buah kasturi seperti buah
mangga lainnya namun berukuran lebih kecil dengan berat kurang dari 80 gram.
Klasifikasi
Ilmiah: Kerajaan: Plantae; Filum:
Tracheophyta; Kelas: Magnoliopsida Ordo: Sapindales; Famili: Anacardiaceae;
Genus: Mangifera; Spesies: Mangifera casturi(Kosterm).
2.
KANTONG SEMAR
Jenis
Spesies Kantong Semar (Nepenthes) di pulau Sumatera, Indonesia
merupakan yang terbanyak di dunia. Dari sekitar 129 spesies kantong semar, 37
jenis diantaranya tumbuh di pulau Sumatera, Indonesia. Bahkan banyak
diantaranya yang merupakan endemik Sumatera. Di antara ke-37 spesies kantong semar
yang tumbuh di pulau Sumatera, Indonesia,
hampir seluruhnya merupakan tanaman langka yang terancam punah. Bahkan 3 jenis
diantaranya dicap oleh IUCN Redlist dalam Critically Endangered (Kritis), 1 spesies Endangered(Terancam),
dan 7 spesies sebagai Vulnerable (Rentan).
Untuk daftar
spesies kantong semar dari pulau-pulau lain di Indonesia semisal Kalimantan,
Sulawesi, Kepulauan Maluku, Jawa, dan Papua akan saya paparkan dikesempatan
lain.
Klasifikasi ilmiah:
Kerajaan: Plantae;
Divisi: Magnoliophyta;
Kelas: Magnoliopsida;
Ordo: Caryophyllales;
Famili: Nepenthaceae;
Genus: Nepenthes;
Spesies: lihat daftar.
3.
POHON TENGKAWANG
Tengkawang (Shorea spp.)
adalah nama buah dan pohon dari genus Shorea yang buahnya
menghasilkan minyak nabati. Pohon Tengkawang hanya terdapat di pulau Kalimantan
dan sebagian kecil Sumatera. Dalam bahasa Inggris, flora (tanaman) langka ini
dikenal sebagai Illepe Nut atau Borneo Tallow Nut.
Pohon yang terdiri atas belasan spesies (13 diantaranya dilindungi dari
kepunahan) ini menjadi maskot (flora identitas) provinsi Kalimantan Barat. Pohon Tengkawang yang termasuk
dalam golongan kayu kelas tiga (umumnya digolongkan sebagai Meranti Merah)
mempunyai ciri-ciri khas dengan pohon yang tinggi besar, mempunyai banyak
cabang dan berdaun rimbun. Uniknya tanaman ini tidak tiap tahun berbuah. Tumbuhan
ini hanya berbuah sekali dalam periode antara 3-7 tahun yang terjadi sekitar
bulan Juni – Agustus. Pohon
Tengkawang yang menjadi maskot Kalimantan Barat ini hampir seluruhnya hidup
liar di hutan-hutan. Bahkan di hutanpun mulai terancam kepunahan. Akhir-akhir
ini pohon Tengkawan semakin langka karena banyak yang ditebang untuk
dipergunakan sebagai bahan bangunan. Selain itu kayu pohon ini banyak yang
dijual dengan harga antara Rp. 300.000 hingga Rp. 600.000 per meter
kubik. Mungkin lantaran periode berbuahnya yang lama, antara 3-7 tahun
sekali, meskipun minyak Tengkawang yang dihasilkan dati flora maskot Kalimantan
Barat ini mempunyai nilai jual yang tinggi.
Klasifikasi ilmiah:
Kerajaan: Plantae (tidak termasuk Eudicots dan Rosids) Ordo:Malvales. Famili: Dipterocarpaceae. Genus: Shorea.
4. POHON KAPUR
Pohon
Kapur (Dryobalanops aromatica), penghasil
kapur barus (kamper) ternyata termasuk salah satu tanaman langka. Pohon Kapur
yang mampu menghasilkan kristal kapur barus dengan aroma khas ini menempati
status keterancaman tertinggi yakniCritically Endangered (Kritis).
Pohon kapur mempunyai
ukuran yang besar dan tinggi. Diameter batangnya mencapai 70 cm bahkan 150
meter dengan tinggi pohon mencapai 60 meter. Kulit pohon berwarna coklat dan
coklat kemerahan di daerah dalam. Pada batangnya akan mengeluarkan aroma kapur
bila dipotong. Kelangkaan dan terancam punahnya spesies tanaman ini
diakibatkan oleh penebangan yang membabi buta untuk mendapatkan kristal kapur
barus di dalamnya. Padahal kandungan kampur dalam setiap pohon tidak sama,
bahkan terkadang sangat kurang. Ancaman lainnya diakibatkan oleh kerusakan hutan dan kebakaran hutan. Tanaman
Kapur (Dryobalanops aromatica) tumbuh di hutan dipterocarp campuran hingga ketinggian
300 meter dpl. Persebaran tumbuhan langka ini mulai dari Indonesia (pulau Sumatera dan
Kalimantan) dan Malaysia (Semenanjung Malaysia, Sabah, dan Serawak).
Klasifikasi Ilmiah : Kerajaan: Plantae; Filum:
Tracheophyta; Kelas: Magnoliopsida; Ordo: Theales; Famili: Dipterocarpaceae;
Genus: Dryobalanops; Spesies: Dryobalanops aromatica.
5. BUAH KESEMEK
Kesemek
merupakan buah-buahan dari genus Diospyros dan masih
berkerabat dekat dengan Eboni (Diospyros celebica) dan Ajan Kelicung (D. macrophylla). Namun
berbeda dengan Eboni dan Ajan Kelicung yang lebih kerap dimanfaatkan kayunya,
pemanfaatan Kesemek sejatinya lebih pada buahnya. Pohon Kesemek mempunyai
ketinggian hingga 15 meter, batangnya relatif pendek dan bengkok-bengkok,
banyak cabang, serta menggugurkan daun. Daun tersusun dalam dua deret, tersusun
berseling, bertangkai pendek sekitar 3 cm, berbentuk bundar, bulat telur sampai
jorong, berwarna hijau kuning mengkilap dengan ukuran sekitar 2,5-15 × 5-25 cm. Kesemek
selain dikenal sebagai buah kaki juga disebut sebagai Semek, Buah Samak, dan
Tasmak (Bahasa Banjar). Sedangkan dalam bahasa Inggris dikenal sebagai Oriental persimmon. Dan nama ilmiah tumbuhan ini adalah Diospyros kaki Thunb. yang
mempunyai beberapa nama sinonim diantaranya: Diospyros amara Perrier, Diospyros argyi H.Lév., Diospyros bertii André, Diospyros costata Carrière, Diospyros kaempferiNaudin, Diospyros mazelii E.Morren,
dan Diospyros sinensis Naudin.
Klasifikasi
ilmiah: Kerajaan:
Plantae. Divisi: Magnoliophyta. Kelas: Magnoliopsida. Ordo: Ericales. Famili:
Ebenaceae. Genus: Diospyros. Spesies: Diospyros kaki.
6. KORMA RAWA
Korma rawa (Phoenix paludosa) tumbuh berumpun dengan tinggi batang
mencapai 5 meter. Daunnya berbentuk sirip yang mempunyai panjang sekitar dua
meter. Pada bagian pangkal daunnya tumbuh duri. Duri-duri ini sebenarnya
merupakan anak-anak daun yang berubah bentuknya. Tiap daun mempunyai sekitar 25
anak daun yang tersusun dalam 4-5 kelompok.
Korma rawa mempunyai perbungaan sepanjan40
cm. dari bunga ini keluar buah yang berbentuk bulat-bulan kecil. Belum banyak penelitian yang mendisikripsikan
ciri-ciri biologi dan potensi lebih lanjut dari tumbuhan korma rawa ini,
meskipun berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 1999 tentang Pengawetan
Jenis Tumbuhan dan Satwa tumbuhan bernama latin Phoenix paludosa termasuk satu dari 14 anggota suku
Arecaceae (Pinang-pinangan) yang dindungi dari kepunahan.
Klasifkasi
Ilmiah:
Kerajaan: Plantae; Subkerajaan:
Tracheobionta; Super Divisi: Spermatophyta; Divisi: Magnoliophyta; Kelas:
Liliopsida; Ordo: Arecales; Famili: Arecaceae; Genus: Phoenix;
Spesies: Phoenix paludosa.
Nama binomial: Phoenix
paludosa;Nama Indonesia: Korma Rawa
7. RESAK BANTEN
Kokoleceran
merupakan pohon yang mampu mencapai tinggi hingga 30 m. Pada bagian batang yang
muda memiliki bulu-bulu halus dan lebat. Daun Kokoleceran menjorong atau
melanset, dengan tangkai daun yang panjangnya mencapai 2.2 cm. Perbungaannya
malai dan terdapat di ujung daun atau di ketiak daun. Bunga kokoleceran
panjangnya mencapai 7 cm. Buah tanaman endemik ini agak bulat dan mempunyai
tangkai yang pendek sekitar 5 mm panjangnya. Pada buahnya terdapat biji yang
berdiameter mencapai 1 cm.
Pohon Kokoleceran (Vatica bantamensis) merupakan
tanaman endemik yang hanya terdapat di Taman Nasional Ujung Kulon. Cara
perkembangbiakan pohon misterius ini adalah dengan biji. Tanaman ini berkerabat
dekat dengan Resak Hiru (Vatica rassak) Yang
batangnya banyak dimanfaatkan sebagai bahan bangunan dan pembuatan kapal. Populasi tumbuhan yang menjadi
flora identitas provinsi Banten ini sampai sekarang masih misterius dan tidak
diketahui dengan pasti. Yang pasti IUCN Redlist memasukkan Kokoleceran (Vatica bantamensis) dalam status konservasi “Terancam” (EN; Endangered).
Klasifikasi
Ilmiah: Kerajaan: Plantae; Filum:
Tracheophyta; Kelas: Magnoliopsida; Ordo: Malvales; Famili: Dipterocarpaceae;
Genus: Vatica; Species: Vatica bantamensis; Binomial name Vatica bantamensis